Tauqid 4 Imam Mazhab

Masalah tauqid, ada kelompok yang membagi tauqid menjadi 3, dan berpaham Mujassimah (Allah disifatkan berjasmani seperti mahkluk)

Berikut ini, Tauhid Salafush Sholeh
4-Mazhab, yang insya Allah merupakan Tauhid yang Lurus dan Benar

1. Tauqid Imam Abu Hanifah:

لايشبه شيئا من الأشياء من خلقه ولا يشبهه شيء من خلقه

La yusybihu syaian minal asyai min kholqihi wa la yusybihuhu syaiun min kholqihi

Artinya :
(Allah) tidak menyerupai sesuatu pun daripada makhlukNya, dan tidak ada sesuatu makhluk pun yang menyerupaiNya.Kitab Fiqh al Akbar, karangan Imam Abu Hanifah:

Berkata Imam Abu Hanifah:
"Dan kami ( ulama Islam ) mengakui bahawa Allah ta’ala ber istiwa atas Arasy tanpa Dia memerlukan kepada Arasy dan Dia tidak berada/menetap di atas Arasy, Dialah yg menjaga Arasy dan selain Arasy tanpa memerlukan Arasy".

Kalau dikatakan Allah memerlukan kepada yang lain, sudah pasti Dia tidak mampu mencipta dan tidak mampu mengurusnya sepertimana makhluk-makhluk, kalaulah Allah memerlukan sifat duduk dan bertempat maka sebelum dicipta Arasy dimanakah Dia? Maha suci Allah dari yang demikian”.

Amat jelas di atas bahwa akidah ulama Salaf sebenarnya yang telah dinyatakan oleh Imam Abu Hanifah

Adalah menafikan / menolak sifat bersemayam (duduk) Allah di atas Arasy.

Semoga kelompok yang berpaham Mujassimah diberi hidayah sebelum mati dengan mengucap dua kalimah syahadah kembali kepada Islam.

2. Tauqid Imam Syafi'i:

انه تعالى كان ولا مكان فخلق المكان وهو على صفته الأزلية كما كان قبل خلقه المكان لايجوز عليه التغيير

Innahu ta'ala kana wala makana fakhalaqol makana wahuwa 'ala sifatihi al azaliyyati kama kana qabla khalaqahul makana la yajuzut taghyiru

Artinya :

Sesungguhnya Dia Allah Ta’ala ada (dari zaman azali) dan tempat (sewaktu) belum diciptanya (tempat), kemudian Allah menciptakan tempat dan Dia tetap dengan sifat-Nya yang azali itu sebagaimana sebelum terciptanya tempat, tidak mungkin Allah (mengalami) perubahan (dg butuh tempat).

Dinuqilkan oleh Imam Al-Zabidi dalam kitabnya Ithaf al-Sadatil Muttaqin jilid 2 hal. 23

3. Tauhid Imam Ahmad bin Hanbal :

-استوى كما اخبر لا كما يخطر للبشر

Istawa kama akhbara la kama yukhtiru lil basyari

Maknanya:

Dia (Allah) istawa sepertimana Dia khabarkan (di dalam al Quran), bukannya seperti yang terlintas di fikiran manusia.

Dinuqilkan oleh Imam al-Rifa’i dalam kitabnya al-Burhan al-Muayyad, dan juga al-Husoni dalam kitabnya Dafu’ syubh man syabbaha Wa Tamarrad.

وما اشتهر بين جهلة المنسوبين الى هذا الامام المجتهد من أنه -قائل بشىء من الجهة أو نحوها فكذب وبهتان وافتراء عليه

Maknanya:

Dan apa yang telah masyhur di kalangan orang-orang jahil yang menisbahkan diri mereka pada Imam Mujtahid ini ( Ahmad bin Hanbal ) bahwa dia ada mengatakan tentang (Allah) berada di arah atau seumpamanya, maka itu adalah pendustaan dan kepalsuan ke atasnya (Imam Ahmad)

Kitab Fatawa Haditsiah karangan Ibn Hajar al- Haitami

4. Tauhid Imam Malik :

الاستواء غير المجهول والكيف غير المعقول والايمان به واجب و السؤال عنه بدعة

Maknanya:

Kalimah istiwa’ tidak majhul (diketahui dalam al quran) dan kaif (bentuk) tidak diterima akal, dan iman dengannya wajib, dan bertanya tentangnya (bagaimana istiwanya Allah) adalah bid’ah (dlolalah).

Perhatikan :

Imam Malik hanya menulis kata istiwa (لاستواء) bukan memberikan makna dhahir jalasa atau duduk atau bersemayam atau bertempat (istiqrar)

Kesimpulan:

Dengan memperhatikan fatwa ke 4 imam madzhab Ahlussunnah wal jama’ah di atas, maka jelas aqidah mereka adalah aqidah yg benar dan lurus, menolak tajsim (paham bahwa Allah bersifat jasmani seperti makhluk) dan menolak pemberian sifat yang seperti makhluk-Nya seperti bertempat atau ada di arah tertentu.

Allah sudah ada sejak zaman azali (zaman sebelum terciptanya seluruh makhluk) dan kelak Allah tetap ada saat kiamat (zaman musnahnya seluruh makhluk).

Sehingga bisa kita pahami, dari zaman azali hingga nanti kiamat, langit dan 'Arsy tidak ada / musnah, tetapi dzat Allah tetap ada dan kekal.

Mustahil bagi Allah mempunyai sifat butuh terhadap makhluk, seperti butuh tempat yaitu ‘Arsy, kalau Allah butuh tempat, maka tidak bisa disebut Tuhan, karena dengan butuh akan tempat menunjukkan Dia lemah, dan mustahil Tuhan bersifat lemah.

Semoga kita semua selalu dalam paham aqidah yang benar dan lurus, tidak sampai terpengaruh dg aqidah sesat mujassimah yang menganggap Allah bertempat di atas ‘Arsy atau bertempat di atas langit.

karena aqidah ini aqidah sesat, sangat mustahil langit dan Arsy yang merupakan makhhluk Allah yang kecil dan terbatas (bagi Allah) menjadi tempat Dzat Yang Maha Besar, Yang Ke-besar-an-Nya tidak terbatas.
Wallahualam bishowab

Subscribe to receive free email updates: