Panglima Teladan : Qutaibah Bin Muslim

Qutaibah bin Muslim akhirnya menguasai Kota Samarkand, dan ini merupakan Kesuksesan yg kesekian kalinya utk Pasukan Kaum Muslimin dibawah kepemimpinan Panglima besar Qutaibah bin Muslim..

Tapi rupanya para Tokoh Samarkand Protes, Mereka datang kepada Qadhi yg baru saja dilantik oleh Qutaibah sang penakluk, mereka berkata "Wahai Hakim, bukankah dlm agama Kalian ada tahapan dlm Perang, Kalian mengutus Utusan Kepada Kami, menawarkan kepada kami bbrp pilihan, dan Perang adl pilihan Terakhir, tapi Kenapa Kalian tiba2 menyerang Kami di Pagi buta..

Mendapat gugatan demikian maka dipanggil sang Jendral menghadap kepada Qadhi dihadapan para tokoh Samarkand "Wahai Pemimpin perang Kaum Muslimin, benarkah engkau melakukan seperti apa yg diadukan oleh para tetua Samarkand ?", Sang Panglima menjawab "Benar wahai Hakim..dan itulah perang..Perang itu tipudaya, dan Jika aku menawarkan kpd mereka bbrp pilihan sebelum perang maka pasukan mereka akan menyerang Kami duluan !"

"Kalo begitu Anda bersalah wahai panglima, Anda menyalahi Syari'at perang dlm agama kita, dan Anda bersama pasukan Anda harus keluar dari Samarkand secepatnya..dan sayapun harus meletakkan jabatan hakim saya saat ini karena saya harus kembali bergabung dgn pasukan yg anda pimpin" tegas pak hakim..

Para Tokoh Samarkand seolah tak percaya, bgmn bisa gugatan bangsa yg Kalah dimenangkan oleh Hakim Sementara Hakimnya adl dari Kalangan mereka sendiri..? Tak tanggung-tanggung yg dinyatakan kalah justru pemimpin perang yg kesohor, Ksatria Besar yg namanya melegenda, dan mmg sebelumnya mereka sudah menyangka bhw gugatan mereka hny akan bertepuk sebelah tangan..

Akhirnya Pasukan Kaum Muslimin harus meninggalkan Samarkand termasuk Hakim yg berubah status jadi prajurit biasa, mereka keluar dari Samarkand, Keesokan harinya kembali Kaum Muslimin mengepung benteng Samarkand, penyeru berteriak ke Balik tembok "Kalian kami tawari Islam dan kalian menjadi keluarga Kami, Kalau tidak mau maka kami tawarkan agar kalian membayar upeti sebagai tanda ketundukan kalian, dan bila tidak mau juga maka kami akan masuk sebagai Tentara Muhammad yg lebih cinta kepada Kematian drpd kehidupan dunia !"

Teriakan pertama tak ada sahutan dari dalam benteng, demikian pula teriakan kedua dan Ketiga..Akhirnya Pasukan Kaum Muslimin meneriakkan Takbir menggelegar dan menyerbu kedalam benteng Samarkand..

Tapi mereka heran, tak satupun prajurit Samarkand yg menjaga benteng, sehingga mereka mengira bhw ada perangkap yg akan disiapkan oleh tentara 2 Samarkand..

Dengan penuh kewaspadaan pasukan Kaum Muslimin bergerak ke Alun Alun kota, rupanya seluruh penduduk Samarkand berkumpul di Alun-alun, ketika mereka melihat Pasukan Kaum Muslimin dipimpin oleh Qutaibah bin Muslim serta Merta penduduk Samarkand bertakbir dan bersyahadat menandakan mereka menerima Islam sebagai agamanya.. pedang akhirnya disarungkan kembali.. Kewaspadaan menunggu perintah utk mengayunkan pedang berganti peluk haru bahagia mendapati saudara2 baru mereka yg baru saja masuk Islam..Isak tangis bahagia mengiringi ucapan Tahniah akan Keislaman penduduk Samarkand..

Begitulah proses Keislaman Penduduk Samarkand, Keinginan utk memeluk Islam setelah mereka melihat bukti nyata Keadilan Islam yg tidak pandang bulu..

Keadilan yg merupakan Identitas dasar Islam "Li Takuunu syuhaada Alannaas", menjadi saksi yg adil utk semua manusia..

Allah tegaskan hal ini dlm Firman-nya "Janganlah kebencian Kalian terhadap suatu Kaum membuat Kalian tidak berlaku adil, Adillah..karena itu dekat dgn Ketakwaan !"

Cerita diatas hny sepenggal kisah dari taburan2 kisah ttg Keadilan Ummat ini terdahulu..Ketika Ilmu dan Amal padu dlm keimanan.. masih banyak kisah2 besar lain ttg Keadilan semisal gugatan Yahudi miskin terhadap Gubernur Amr bin Ash dihadapan Umar Al Faruq rhodiyallahu anhuma.. dan juga ttg kisah Baju besi Ali bin Abi Tholib yg di miliki oleh seorang Yahudi..

Inilah yg hampir hilang pada ummat ini hari ini..

ketika Kita menjadi Pembela yg begitu hebat membela kesalahan2 kita tapi tiba-tiba menjadi Hakim yg begitu jeli terhadap kesalahan orang lain..

Kita mencarikan seribu Udzur utk kesalahan kita sementara ketika melihat kesalahan orang lain maka tak ada ampun baginya..

Ketika ustadz Kita bersalah maka kita meminta penghujat utk Tabayyun dan memberikan bermacam pembelaan terhadap ustadz kita, tapi ketika melihat kesalahan ustadz diluar kelompok kita maka Kita mengghibahinya lebih parah dari ghibahnya orang awam Na'udzubillah..

Pdhal kita semua mengetahui ttg wasiat salaf kita "Jika engkau melihat kesalahan dari Saudaramu maka Carikan seribu Udzur untuknya, dan bila engkau tak mendapati Udzur untuknya maka katakanlah pd dirimu " mungkin ada alasan lain yg saudaraku  miliki yg aku tidak ketahui..!"

Kun Salafiyah Alal Jaddah

Subscribe to receive free email updates: