*Sudahkah Sang Merah Putih Berkibar?*
71 tahun sudah Indonesia merdeka, dan setiap bulan Agustus rakyat Indonesia memperingatinya dengan semarak. Minimal dengan mengibarkan Sang Merah Putih..sudahkah di rumah anda?
Apa urgensinya?
Sang Saka adalah simbol NKRI yang dilahirkan dari rahim perjuangan para mujahidin selama ratusan tahun, dengan mempersembahkan jiwa, raga, harta, dan segala yg dimiliki demi membebaskan bumi pertiwi ini dari cengkeraman penjajah kafir.
Kenapa perlu simbol? Krn dia bisa menjadi ekspresi cinta dan dedikasi. Seorang laki-laki melaksanakan ijab kabul ketika menikahi perempuan yg dicintainya, dan disimbolkan dg mahar. Semua agama memiliki simbol utk peribadatan dan akidahnya. Seseorang memberikan kado hadiah untuk orang yg dicintainya dlm momen2 tertentu, dll..dll..
Maka, Sang Saka Merah putih adalah simbol pemersatu bangsa besar ini, skaligus sbg pewarisan nilai-nilai perjuangan para pahlawan dan _founding father_ bangsa negara ini.
Simbol berasal dari kata symballo yang berasal dari bahasa Yunani. Simbol dapat menghantarkan seseorang ke dalam gagasan atau konsep masa depan maupun masa lalu. Meskipun simbol bukanlah nilai itu sendiri, namun simbol sangatlah dibutuhkan untuk kepentingan penghayatan akan nilai-nilai yang diwakilinya.
Menurut Dr. Syarwani Syaerozi (*), ada 3 mekanisme regenerasi dalam Islam:
1. Pernikahan
2. Warisan
3. Musyawarah
Yang dimaksud mekanisme warisan bukanlah dalam makna materi, tapi warisan karakter, prinsip, nilai, dan perjuangan. Bagaimana hal tersebut diwariskan dari generasi ke generasi? maka salahsatunya dibutuhkan simbol. Dan anggaplah bendera sebagai salah satu simbol yang merepresantasikan semangat nasionalisme, persatuan, dan semangat perjuangan.
Dalam medan perjuangan ketika melakukan jihad perang, Rosulullah saw menggunakan bendera/panji yang disebut Rayah dan Liwa'. Ar-Raayah secara harfiah bermakna
al-‘alam (panji). Bentuk jamaknya adalah raayaat. Kata ar-raayah, sebagaimana dalam hadits ‘Ali bin Abi Thalib saat Perang Khaibar, bermakna
al-‘alam (panji). Ar-Raayah juga bermakna sejenis bendera yang diikatkan di leher. Bendera kecil disebut dengan ruyaih . Bentuk kata kerjanya adalah: rayaitu rayaan , wa rayyiitu, taryatah .
Sedangkan al-Liwaa’ , secara harfiah, juga berkonotasi al-‘alam . Bentuk jamaknya alwiyah dan alwiyaat . Liwa’ adalah panji yang diberikan kepada Amir (panglima tentara, bisa juga komandan detasemen). Sedangkan
‘Alam adalah Liwaa’ (panji) yang digunakan sebagai tanda untuk berkumpulnya pasukan.
Dalam konteks Indonesia, Sang Merah Putih menjadi 'spirit' perjuangan ketika mengusir penjajah. Dalam medan pertempuran ia berkibar menyemangati para pejuang, dan puncaknya ketika proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, Sang Merah Putih berkibar, tanda kemerdekaan sudah diraih setelah ratusan tahun berjuang. Habib Husein Muthahhar menjadi pahlawan yang diamanahi oleh Soekarno untuk mengamankan Merah Putih sebelum dikibarkan.
Tapi ingat, bendera tak lebih dari selembar kain, yang penting adalah apa makna yang bersemayam di dalamnya. Kita tidak memitoskan benda apalagi mengkultuskannya. Dan penghayatan akan nilai perjuangan adalah dengan bakti kita membangun negri ini, melanjutkan cita-cita para pahlawan, dan jangan biarkan negara lain menjajah kembali, baik secara politik, hankam, budaya, maupun sosial-ekonomi.
Semangat kemerdekaan yang hakiki adalah wujud dari aqidah yang kokoh, bahwa penghambaan semata kepada Allah, tidak ada yang lain. Dan tidak satupun mahluk yang berhak memperbudak sesama mahluk.
_Wallahu a'lam bisshawab_
*Selamat HUT RI ke 71*
_Ibn Shaleh_
Share dan ikuti channel telegram @blog_pribadi atau klik http://tlgrm.me/blog_pribadi