Belajar Dari Penggembala Kambing

Bismillah.." SUASANA IMAN "
Inilah pentingnya kita menjaga Iman. Bagaimana menjaganya ? Segala sesuatu ada cara menjaganya, semuanya berbeda-beda cara menjaganya. Seperti memelihara ikan ini ada di dalam air, atau di kolam. Kita membeli burung dimasukkan dalam sangkar. Kita membeli bunga kita masukan dalam pot. Jika kita salah menempatkan maka bukannya pemeliharaan yang ada tapi kehancuran. Ada tempat pemeliharaan yang berbeda-beda. Beli spring bed bagus untuk apa ? oh kemarin beli ikan mahal maka harus di beri kenyamanan, biar tidurnya nyenyak dan tenang di spring bed aja. Yah mati ikannya kalau begitu pemeliharaannya. Beli bunga mahal-mahal di letakkan dalam Aquarium, ya mati juga. Jadi Iman ini ada tempat pemeliharaannya, agar bisa awet sampai kita mati dan berjumpa Allah ta’ala. Sebab saat yang paling penting dalam kehidupan kita ini adalah menjelang ajal, inilah saat-saat yang paling menentukan dan paling mengkhawatirkan. Apakah kita mau mati dalam keadaan beriman atau tidak.
Cara menjaga Iman ini adalah dengan menempatkannya dalam suasana Iman. Dalam suasana iman inilah iman kita akan terjaga, baik di mesjid, di rumah, di kantor, ataupun di pasar. Dimanapun selama ada suasana iman, maka iman kita akan terjaga. Lain kalo tidak ada suasana Iman, jangankan di pasar, di mesjidpun iman kita bisa rusak. Seorang masuk mesjid mestinya nambah pahala, akan tetapi karena tidak ada suasana iman, tidak ada persiapan iman, tidak ada usaha atas iman, maka ketika masuk mesjid bawaannya pingin maksiat saja. Maka ketika keluar dari mesjid bukan bertambah imannya malah bertambah dosanya. Masuk mesjid lihat jam bagus langsung diambil, dicuri, keluar membawa dosa. Ada amplifier bagus, dilihat tidak ada orang, diambil, dicuri, dibawa pergi, ini bukan menambah iman tapi merusak iman. Masuk ketempat yang seharusnya bisa menambah iman tetapi hasilnya malah sebaliknya yaitu mengurangi iman, ini kenapa ? ini karena tidak ada suasana iman di dalam mesjid atau di tempat yang kita datangi.
Sedangkan dijaman Rasullullah Saw, karena adanya suasana iman, jangankan di mesjid, dari rumah, di pasar, hingga dipadang pasirpun iman terjaga. Ini karena ada suasana Iman. Ibnu Umar RA, beliau sedang berjalan-jalan, kehausan ketemu dengan seorang pengembala kambing. Beliau bilang kepada si anak pengambala kambing tadi, boleh tidak meminta susu kambingnya. Dulu itu daripada mengambil air, mengambil susu domba ini lebih murah dan lebih mudah. Si anak pengembala memberikan susu kambing kepada ibnu umar RA.
Ibnu Umar : “kamu tidak mau minum susu ini ?”
si pengembala : “tidak, saya sedang puasa.”
Ibnu Umar : “Panas-panas seperti ini kamu berpuasa.”
Si pengembala : “Iya, panas-panas puasa agar tidak kepanasan di padang mahsyar.”
Mendengar jawaban seperti ini terkejut ibnu umar RA. Ini anak bener-bener Imannya kuat atau hanya sekedar jos-josan dimulut saja. Maka ibnu umar RA berniat mentest anak ini.
Ibnu Umar RA : “Saya ini lapar, bagaimana kalau kamu menjual satu kambing ini untuk saya makan ?”
Si Pengembala : “Oh jangan, kambing ini bukan milik saya tidak boleh dijual, saya hanya budak yang mengembalakan kambing ini saja. Kambing ini milik majikan saya. Kalau ketahuan bisa marah majikan saya”
Ibnu Umar RA katakan : “Oh tidak akan ketahuan oleh majikan kamu, kambing sebanyak ini, kalaupun ketahuan bilang saja diterkam serigala. Kan dia tidak tahu”
Maka apa yang keluar dari lisan si pengembala kambing ini :
“Fa ainallah…… Fa ainallah…….Fa Ainallah” : “Dimana Allah….Dimana Allah…. Dimana Allah”
Maka Ibnu Umar terkejut mendengar jawaban ini, seorang pengembala kambing di tengah padang pasir bisa menyebut ini “Fa ainallah”. Termenung ibnu umar mengulang-ulang kata-kata si pengembala kambing tadi dalam perjalanan pulang. Singkat cerita si pengembala kambing ini dibeli dari majikannya beserta kambing-kambingnya oleh ibnu umar. Budak Pengembala Kambing tadi dibebaskan, lalu kambingnya dihadiahkan kepada si pengembala kambing tadi. Itulah Hakikat Iman jika sudah dimiliki.
Iman itu bertingkat-tingkat :
Ada Iman yang kuatnya untuk Ibadah
Ada Iman yang lemah di Muamalah : Tidak bisa jujur, Tidak berlaku adil
Kuat dia ibadah, tapi banyak yang gagal di muamalah, belum bisa betulbetul lurus Imannya. Sholatnya bisa lurus, bisa kuat, tetapi ketika bermuamalah belum tentu dia bisa jujur. Jadi sipengembala tadi mendapat ujian keimanan dalam hal muamalah. Imannya mampu menahan diri dari larangan-larangan Allah.
Ada kisah di sebuah negara :
Seorang pejabat didatangi beberapa orang bersenjata lengkap, sambil membawa surat negara untuk di tanda tangani. Si orang yang bersenjata lengkap ini meminta surat-surat tersebut di tanda tangani oleh si pejabat kalau tidak maka pistol dia akan berbicara. Karena ini surat untuk mencairkan uang negara, maka jika di tanda tangani maka pejabat akan mendapat bagian dari uang tersebut dari orang yang bersenjata tadi. Namun karena si pejabat ini Imannya kuat dia bertanya :
“Saya ingin bertanya kalau boleh tahu. Jika saya tanda tangani ini lalu saya di tembak mati kira-kira kemana perginya saya.”
Si orang bersenjata tadi bilang, “Ya Ke Neraka”
Si pejabat bertanya lagi : “Kalau saya tidak tanda tangani ini surat lalu saya ditembak mati, kira-kira kemana saya perginya ?”
Si orang bersenjata tadi bilang, “Ya ke Surga”
Si pejabata bilang, “Ya sudah kalau begitu kamu tembak saya saja, karena saya bisa ke surga karenanya.”
Si orang bersenjata tadi terkejut mendengar jawaban si pejabat tadi yang akhirnya batal semuanya.
Ini karena Iman ada dalam hati, sehingga ketika dalam keadaan terjepitpun Iman yang bicara. Inilah yang kita cari Hakikat Iman. Membentenginya dari larangan-larangan Allah. Jangankan dosa-dosa besar, dosa-dosa kecil saja sudah bisa tidak membuatnya tidur.

Subscribe to receive free email updates: