Nafì Isbat Untuk Anak

Islam, sebagai agama yang sempurna, sangat fitrah mengajarkan ke Esaan Allah kepada anak..hatta masih dalam kandungan. Artikel berita islami ini saya ambil dari grup WA Fadhilah Amal, semoga jadi cerita islami dan kisah ispiratif.

Mengajarkan Iman Kepada Anak. Langkah Pertama Menjaga Fitrah Keimanan Ananda.
 Sesungguhnya setiap bayi yang lahir, diciptakan Allah dengan fitrah keimanan. Sebagaimana firman-Nya, “Ingatlah ketika Rabb-mu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka, ” Bukankah Aku ini Rabb kalian?” Mereka menjawab, “Benar (Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi…” (QS. Al-A’raf: 172)

 Syaikh Mulla Ali Al-Qari’ rahmatullah ‘alaih mengatakan bahwa makna fitrah dalam hadits, “Kullu mauluudin yuuladu ‘alal-fitrah” adalah Islam, yang berupa ketauhidan dan pengetahuan tentang Rabb-nya.

Sejarah Islam juga telah mencatat, bahwa dari 23 tahun masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdakwah, 13 tahun pertama adalah untuk mengokohkan aqidah para shahabat radhiyallahu’anhum. 
 Shahabat Jundub bin Abdillah Al-Bajali radhiyallahu’anhu mengatakan, “Kami sudah bersama Nabi shallallahu alaihi wasallam sejak kami masih sangat muda. Kami belajar iman sebelum kami belajar al-Qur’an. Dan ketika kami belajar Al-Qur’an, bertambahlah iman kami. Dan kalian hari ini belajar Al-Qur’an sebelum iman.” (HR. Ibnu Majah dan Thabrani).

 Telah jelas bahwa sesungguhnya Allah Ta’ala telah meletakkan fitrah keimanan di hati anak-anak kita, dan telah jelas bahwa didikan yang pertama dilakukan oleh Rasululullah shallallahu alaihi wasallam adalah menghujamkan iman/tauhid yang kokoh pada diri para shahabat radhiyallahu’anhum.

 Karena itu, tugas pengasuhan orangtua yang pertama dan utama adalah menjaga agar anak-anak tetap berada pada fitrah keimanannya, dengan cara sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

 Bagaimana menjaga fitrah keimanan anak-anak kita?

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ajarkanlah anak-anak kalian pada permulaan bicaranya ucapan Laa ilaaha illallaah, dan ajarkanlah pula agar di akhir hayatnya mengucapkan Laa ilaaha illallaah.” (HR. Baihaqi dalam kitab Syu’abul Iman)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda, “Awalilah pengajaran pada anak-anak kalian dengan Laa ilaaha illallaah.” (HR. Bukhari)
Imam Ghazali rahmatullah ‘alaih mengatakan, “Aqidah semestinya diberikan kepada anak di awal perkembangannyaagar ia bisa menghafalkannya dengan benar, sehingga makna-maknanya kelak dimasa dewasa terus terungkap sedikit demi sedikit.”
Langkah pertama mengajarkan iman kepada ananda menurut Imam Ghazali rahmatullah ‘alaih adalah dengan memberikan hafalan, melafalkan terus-menerus (fi hifdzil).
Jadikanlah kalimat tauhid (Laa ilaaha illallaah) sebagai kalimat yang pertama kali didengar telinga anak, dan ajarkan kepada anak agar kalimat tauhid (Laa ilaaha illallah) menjadi kalimat pertama yang bisa mereka ucapkan secara fasih ketika mereka mulai bisa berbicara.
Wallahua’alam...
Sumber:
1. Manhaj At-Tarbiyah an-Nabawiyah lit-Thifl
2. Athfaalul Muslimin, Kaifa Rabbaahumun Nabiyyul Amiin.
3. Deeniyat kelas 0.
Tanya Jawab
Tanya 1
yang di maksud hafalan menurut imam ghazali ini utk pelafalan kalimat lailahaillallah atau hafalan Al Qur’an sbg firman Al kholik?
Jawab
Bismillaah, langsung saya jawab ya bunda Nurus. Yang dimaksud pelafalan adalah kalimah Laa ilaaha illallaah.
Setiap orangtua pasti merasa excited menanti kata pertama sang buah hati. Biasanya, kata pa-pa-pa-pa dan ma-ma-ma-ma adalah suara-suara yang terkesan bermakna yang dikeluarkan bayi. Orangtua dengan panggilan papa dan mama pasti bahagia mendengar dua kata ini jika menjadi kata pertama sang buah hati.
Padahal menurut penelitian, pa-pa-pa-pa dan ma-ma-ma-ma bukanlah kata bermakna, tetapi memang kemampuan oral hampir semua bayi adalah mengucapkan suku kata tersebut.
Tetapi, sebaik-baik kata pertama yang patut kita ajarkan kepada anak kita sebagai seorang muslim, adalah kalimah Tauhid, setidaknya kata “Allah”
Bisakah? Insya Allah bisa. Banyak orangtua muslim yang sudah membuktikannya. Wallahua’lam
Tanya 2
ini berarti suatu yg sangat awal y, kita harap ini jadi kalimat pertama bayi, akan tetapi seiring waktu banyak hal yg menjadi asbab seorang anak berperilaku yg tidak sesuai dg hukum syariat, padahal ortu nya ketika balita berusaha mengkondisikan dalam suasana iman. dan ini pernah mjd obrolan dg ibu2 skitar rumah.
Jawab
Satu bulan ini saya dibuat takjub oleh Allah Ta’ala dengan hijrahnya beberapa orang yang sejak remaja hidup dalam gelimang maksiat. Mabuk-mabukan dan kehidupan malam adalah kegiatan harian mereka. Tetapi alhamdulillah, atas izin Allah Ta’ala mereka hijrah, bertaubat. Sekarang sholat lima waktu. Yang laki-laki istiqomah di masjid. Yang perempuan menutup aurat dengan sempurna.
Pengalaman iman mereka membuat saya yakin, bahwa Allah Ta’ala sayang pada hamba-hambaNya.Anak-anak yang saat ini mungkin berperilaku tidak sesuai syariat harus tetap kita pandang dengan pandangan optimis. Bahwa hidayah Allah Ta’ala sedang menunggunya.
Pendidikan utama anak-anak kita bersumber pada 3 pihak: 60% orangtua, 20% sekolah, dan 20% lingkungan pergaulan.
Jika 60% fungsi pengasuhan orangtua berjalan baik, andai lingkungan dan sekolah memberi dampak yang kurang baik, anak-anak kita insya Allah akan selamat.
Untuk para orangtua, selalu doakan anak-anak kita, agar senantiasa Allah jaga dalam keimanan. Sebaik-baik penjaga adalah Allah Ta’ala.
Tanya
Anak sy (ifa)5th,punya kenalan yg beragama kristen.temannya itu kalau beroda katanya mnyebut2 allah bapa disyurga.ifa lalu brtanya pd sy,knp ada sebutan seperti itu?ada tips gak bu, bgmna cara mnjwb pertanyaan ifa trsb?
Jawab
Berkaitan dengan syariat, kita harus jelaskan kepada anak bahwa agama yang diridhoi Allah Ta’ala hanyalah Islam (QS. Al-Maaidah: 3). Nabi dan Rasul sebelum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga diutus Allah untuk mengajak ummat-ummat mereka mentauhidkan Allah.
Tetapi ada ummat-ummat Nabi terdahulu yang mengingkari Allah. Wujudnya bermacam-macam.Ada yang menyembah berhala/patung, matahari, bulan, dll. Salah satunya adalah Kristen yang menganggap Tuhan ada 3 (trinitas). Tetapi, mereka adalah hamba Allah Ta’ala juga. Kita wajib risau terhadap mereka. Kita doakan agar mereka mendapat hidayah dari Allah Ta’ala.
Jawabannya bisa disesuaikan dengan model dialog Bunda Eka dan Ifa, ya…
Sebab saya menjawab sesuai model dialog saya dan anak saya 
Sedikit tambahan, berkaitan dengan Allah, ketika kita menerangkan iman kepada Allah kepada anak, bukanlah kita menjelaskan sesuatu yang bersifat abstrak. Sebab abstrak artinya tidak jelas. Tetapi kita menerangkan perkara yang ghoib.
Ghoib artinya ada tetapi tidak tampak oleh mata manusia. Karena itu, untuk menjawab perkara-perkara syariat kepada anak usia dini, selalulah merujuk kepada Al-Qur’an dan hadits. Jangan dikarang jawabannya karena nanti akan merepotkan kita sendiri seiring pertumbuhan akan anak.
Tanya 
Banyak orang tua skrg yg menyekolahkan anaknya di sklh berbasis islam tp dlm pengasuhan di rumah atau keluarga,nilai dan ajaran islamnya tdk diterapkan.bgmn mnrt pendapat ibu
Jawab
Sejatinya, rumah adalah pilar utama pendidikan anak, dan orangtua adalah guru pertama bagi anak. Orangtua menyekolahkan anak ke sekolah anak tentu niatnya mulia, agar anak kenal agamanya dan amalkan agamanya.
Baiknya pendidikan Islam di sekolah tentunya harus diiringi dengan baiknya pendidikan Islam di rumah, agar selaras pendidikan yang diperoleh anak. Jika tidak, maka saya bisaka katakan akan hilang semua kebiasaan-kebiasaan baik yang didapat anak di sekolah.
Contoh: Kami pernah bersilaturrahim ke rumah seorang sahabat yang anaknya disekolahkan di sekolah islam terkenal. Di sekolah anak diajarkan makan dan minum dengan posisi duduk menggunakan tangan kanan, sesuai sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Tetapi, asbab sang ayah minum berdiri dengan tangan kiri, anak pun melakukan yang sama.
Contoh lainnya adalah kebiasaan mengamalkan do’a-do’a masnunah. Saat ini, murid-murid TPA tempat saya mengajar, yang usia SD telah hilang sebagian besar hafalan doa harian mereka.
Padahal ketikaTK dulu mereka hafal begitu banyak doa. Perkaranya, dulu mereka TK di TK Islam dan sekarang sekolah di SD Negeri. Mengapa hafalan doa mereka sampai hilang? Tentu karena kini tidak mereka amalkan lagi.
Tanya
contoh kegiatan harian apa yg bs menguatkn aqidah anak?trutama anak dbwh 5th. mengajarkn keimanan pd anak2 dlm kgiatan brmain mereka sehari-hari..
Tp sy pernah menemukan bbrp teman anak sy di sklh islam.anak itu bermasalah dgn akhlaqnya.dan ketika ditelusuri ternyata anak itu ortunya aktivis dakwah yg semestinya pasti menerapkan.nilai islam di dlm keluarganya.tp mengapa bs seperti itu
Jawab
Iya, ibu Ina. Kondisi yang sama juga pernah saya dapati. Hasil diskusi berkaitan dengan kondisi tersebut adalah, asbab kesibukan dakwah kedua orangtuanya yang amat menyita waktu, akhirnya peran pengasuhan di rumah menjadi kurang. Insya Allah kondisi tersebut telah disadari oleh banyak aktivitas dakwah.
Untuk anak usia dibawah lima tahun, cara paling sederhana yang dapat kita lakukan adalah dengan terus-menerukan melakukan dialog iman dengan ananda, Bu Mu’jizatun.
Apapun yang kita lihat, kita dengar, kita lakukan insyaAllah bisa jadi sumber inspirasi dialog iman. Lihat matahari, ajak anak dialog iman, “Siapa yang menciptakana matahari Nak? Allah yang ciptakan matahari. Selain Allah tidak ada yang bisa ciptakan matahari. Laa ilaaha illallaah.”
Ketika makan, kita juga bisa ajak anak dialog iman, “Siapa yang kasih kita rizqi, Nak? Allah yang Maha Pemberi rizqi. Selain Allah tidak ada yang bisa memberi rizqi. Laa ilaaha illallah.”
Selain latar belakang dari pembentukan karakter anak yg bertauhid yg diambil dr Qur’an yg dijelaskan di prolog ada sumber lainkah ? Kebetulan saya sdg meneliti ttg karakter imani pada anak mba.
Untuk karakter bertauhid, sumbernya harus Al-Qur’an dan sunnah, Bunda Neni. Toolsnya yang bisa beragam.
Sumber pendidikan karakter untuk anak muslim antara lain: Kisah-kisah iman dalam Al-Qur’an, Sirah Nabawiyah, Sirah shahabat-shahabiyah, perjalanan hidup orang-orang shalih (misal: Imam madzhab, dll)
Untuk caranya bisa merujuk pada Kitab Ar-Rasul Al-Mu’allim, metode mendidik Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam.
Utk menjaga keimanan anak2 setelah umur 10 -13 th bgm Bu?dan indikator bahwa kita sdh maksimal menanamkan keimanan pada anak itu apa saja?
Afwan Bu Fariwid. Insya Allah saya jawab dari pertanyaan belakang. Untuk indikator bahwa orangtua sudah maksimal menanamkan iman, adalah telah tertanamnya kesadaran iman pada diri anak. Misalnya untuk anak usia 10-13 tahun, anak sudah sholat 5 waktu dengan kesadaran diri, karena kebutuhannya.
Dialog-dialog iman juga terus menerus hidupkan di keluarga.
Orangtua juga patut belajar lagi ungkapkan kalimat-kalimat iman ya. Misal ketika kita makan enak, kita masih katakan, “Makanannya lezat, ya…” Atau sudahkah kita katakan, “Alhamdulillah, Allah buat makanan ini terasa lezat.”
Indikator keimanan lainnya, ketika Allah uji dengan ujian, apakah anak langsung ambil wudhu dan tunaikan sholat? Sebab Allah katakan, carilah pertolongan Allah dengan sabar dan sholat. Sudahkahnkuta menanamkannya kepada anak? Dan sudahkah pula kita mengamalkannya?
Jadi, kita sebagai orangtua patut koreksi juga keadaan iman kita saat ini. Kita pun perlu biasakan banyak-banyak melakukan dialog iman. Jika iman telah benar, jika kehilangan sesuatu, kita tidak akan ras sedih karena kehilangan tersebut, tapi kita sedih mungkin ada amalan harian kita yang belum sempurna, mungkin ada hak orang lain yang belum kita tunaikan. Inilah salah satu contoh iman kepada taqdir. Untuk anak-anak usia 10-13 tahun dialog yang lebih kompleks bisa kita lakukan.
Wallahua’alam... 
Tanya
Utk anak2 yg usianya blm cukup matang utk diajak diskusi iman tips2 apa yg bisa dilakukan..
Jawab
Kongkritnya usia berapa ya Umm? Karena sejak anak lancar berbicara insya Allah dia sudah bisa kita ajak bicara iman. Seperti yang saya contohkan di atas.
Dan faktanya, anak-anak uaia dini sangat tertarik bertanya tentang Allah.
Coba deh mulai besok kita biasakan Nafi isbat, menafikan selain Allah, dan menisbatkan hanya kepada Allah. Karena apa yang kita bicarakan, pasti akan berkesan dalam hati.
Contoh kalimat nafi isbat:
Makanan tidak dapat membuat kenyang, Allah Ta’ala yang dapat membuat kenyang. Makanan untuk mengenyangkan berhajat kepada Allah, Allah untuk mengenyangkan tidak berhajat pada makanan. Dengan makanan, jika Allah berkehendak bisa mengenyangkan. Dengan makanan, jika Allah berkehendak, bisa tidak mengenyangkan. Tanpa makanan, jika Allah berkehendak, bisa merasa kenyang. Laa ilaaha illallaah. 
Contohnya bisa dilihat di kisah Ashabul Kahfi dalam Al-Qur’an, atau kisah Nabi Yunus di dalam perut ikan paus.
Oya, untuk anak-anak, kalimatnya bisa ringkas saja. Yang saya contohkan untuk kita para orangtua ya 
Penutup
Sebagaimana di prolog, sesungguhnya Allah Ta’ala telah meletakkan fitrah keimanan pada diri setiap anak yang baru lahir. Tugas orangtua adalah menjaga fitrah keimanan tersebut.
Semoga Allah Ta’ala beri taufiq pada kita semua untuk mampu menanamkan iman yang kokoh pada anak-anak kita. Kebenaran hanya milik Allah semata, kesalahan adalah karena kedhoifan saya.
Wallahua’lam.
Jazakumullah khairan.

Subscribe to receive free email updates: