Bersyukur atas segala kenikmatan yang Allah berikan kepada kita adalah suatu hal yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Di antaranya adalah firman Allah Ta’ala:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepada kalian dan bersyukurlah kepada Allah jika benar-benar kepadaNya kalian menyembah” (QS Al Baqarah 172)
Di dalam ayat yang lain, Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَا يَمْلِكُونَ لَكُمْ رِزْقًا فَابْتَغُوا عِنْدَ اللَّهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَهُ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
“Sesungguhnya yang kalian sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepada kalian. Maka mintalah rezeki itu di sisi Allah, sembahlah Dia, dan bersyukurlah kepadaNya. Hanya kepada-Nyalah kalian akan dikembalikan” (QS Al ‘Ankabut 17)
Bersyukur kepada Allah Ta’ala artinya adalah menjalankan ketaatan kepada Allah dengan cara menjalankan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala laranganNya.
Bersyukur kepada Allah Ta’ala atas nikmat-nikmatNya bukanlah sekedar dengan mengucapkan hamdalah (alhamdulillah) atau bersujud syukur. Akan tetapi ada cara lain yang lebih umum untuk bersyukur kepada Allah ‘azza wa jalla.
1. Bersyukur dengan Hati
Yaitu dengan meyakini dan mengakui bahwa segala nikmat yang dia dapatkan pada hakikatnya adalah berasal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala semata. Adapun peran manusia yang memberikan suatu kemanfaatan kepada kita, semua itu hanyalah suatu sebab dan perantara yang mana semuanya itu sangat bergantung kepada izin dari Allah Ta’ala.
Allah ta’ala berfirman:
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ
“Apa saja nikmat yang ada pada kalian, Maka dari Allah-lah datangnya” (QS An Nahl 53)
2. Bersyukur dengan Lisan
Yaitu dengan membicarakan kepada orang lain tentang nikmat yang Allah berikan kepadanya sebagai bentuk rasa syukur dan pengakuan kepada Allah, bukan dengan tujuan untuk membanggakan diri dan menimbulkan rasa iri kepada orang lain.
Allah Ta’ala berfirman:
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
“Dan terhadap nikmat Rabbmu, maka hendaklah kamu siarkan” (QS Adh Dhuha 11)
Contohnya adalah kisah seorang yang buta lalu disembuhkan oleh Allah dan dianugerahi kambing yang banyak. Ketika datang seorang malaikat utusan Allah untuk mengujinya dengan meminta seekor kambingnya, lelaki itu menjawab:
“Dahulu aku adalah seorang yang buta, lalu Allah mengembalikan penglihatanku kepadaku. Dahulu aku adalah seorang yang miskin, lalu Allah memberikan kekayaan kepadaku. Maka silakan ambil apa yang engkau inginkan.”
3. Bersyukur dengan Anggota Tubuh
Yaitu dengan cara menggunakannya untuk melaksanakan berbagai ketaatan kepada Allah Ta’ala.
Demikianlah cara-cara bersyukur kepada Allah ‘azza wa jalla atas nikmat-Nya. Dengan bersyukur, maka nikmat Allah akan semakin bertambah. Sebaliknya, jika tidak bersyukur, maka azab dari Allah akan datang mengancam. Allah berfirman:
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepada kalian, jika kalian mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya azabKu sangat pedih” (QS Ibrahim: 7)
Mengamalkan ilmu dan mengajarkannya kepada orang lain adalah bentuk mensyukuri nikmat ilmu. Menafkahkan harta di jalan Allah adalah bentuk mensyukuri nikmat harta. Mengonsumsi makanan untuk menyehatkan tubuh dan tidak membuangnya adalah bentuk mensyukuri nikmat makanan.
Kisah Si Penderita Kusta, Si Botak, dan Si Buta
Imam Al Bukhari di dalam kitab Shahihnya (3464) dan Imam Muslim di dalam kitab Shahihnya (2964) meriwayatkan sebuah kisah dari jalur Hammam, dari Ishaq bin Abdillah, dari Abdurrahman bin Abi ‘Amrah, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwasanya dia mendengar Rasulullah صلى الله عليه وسلم bercerita (yang artinya):
Ada tiga orang dari Bani Israil: seorang penderita kusta, seorang yang botak karena rontok rambutnya, dan seorang buta. Allah ‘azza wa jalla ingin menguji mereka, maka Allah mengutus kepada mereka seorang malaikat.
Lalu malaikat tersebut mendatangi si penderita kusta. Malaikat bertanya: “Apakah hal yang paling engkau sukai?” Orang itu menjawab: “Warna kulit yang bagus dan kulit yang bagus. Orang-orang telah merasa jijik terhadapku.”
Malaikat itu lalu mengusap orang tersebut sehingga sembuhlah penyakitnya, warna kulitnya menjadi bagus, dan kulitnya menjadi bagus.
Malaikat bertanya lagi: “Harta apa yang paling engkau sukai?” Orang itu menjawab: “Unta.” Lalu dia diberikan seekor unta betina yang tengah hamil. Malaikat berkata: “Semoga engkau mendapatkan berkah pada unta tersebut”
Kemudian malaikat pergi mendatangi orang yang botak dan bertanya: “Apakah hal yang paling engkau sukai?” Orang itu menjawab: “Rambut yang bagus dan hilangnya kebotakan ini. Orang-orang telah merasa jijik terhadapku”
Malaikat itu lalu mengusap orang tersebut sehingga sembuhlah penyakitnya dan diberikan rambut yang bagus. Malaikat bertanya lagi: “Harta apa yang paling engkau sukai?” Orang itu menjawab: “Sapi” Lalu malaikat itu memberikan seekor sapi betina yang tengah hamil kepadanya. Malaikat berkata: “Semoga engkau mendapatkan berkah pada sapi tersebut.”
Kemudian malaikat pergi mendatangi orang yang botak dan bertanya: “Apakah hal yang paling engkau sukai?” Orang itu menjawab: “Allah mengembalikan kepadaku penglihatanku sehingga aku bisa melihat manusia.”
Malaikat itu lalu mengusap orang tersebut dan Allah mengembalikan kepadanya penglihatannya. Malaikat bertanya lagi: “Harta apa yang paling engkau sukai?” Orang itu menjawab: “Kambing” Lalu malaikat itu memberikan seekor kambing betina yang tengah hamil kepadanya.
Setelah itu, beranaklah unta, sapi, dan kambing tersebut sehingga si penderita kusta memiliki unta yang sangat banyak, si kepala botak memiliki sapi yang sangat banyak, dan si buta memiliki kambing yang sangat banyak pula.
Beberapa waktu kemudian, datanglah malaikat itu kembali kepada si penderita kusta yang telah sembuh dalam wujud dan penampilan yang sama seperti dahulu.
Dia berkata: “Aku ini adalah orang miskin dan perbekalanku telah habis dalam perjalanan. Tidak ada yang dapat membantuku untuk melanjutkan perjalananku pada hari ini kecuali dengan pertolongan Allah setelah itu dengan pertolongan anda. Aku meminta kepadamu -demi Yang telah memberikan kepadamu warna kulit yang bagus, kulit yang bagus, dan harta- seekor unta agar aku dapat melanjutkan kembali perjalananku”
Si penderita kusta itu menjawab: “Sesungguhnya orang yang menjadi tanggunganku banyak.” Malaikat itu berkata: “Sepertinya aku mengenalmu. Bukankah engkau dahulu menderita penyakit kusta sehingga orang-orang menjauhimu dan engkau dahulu miskin, lalu Allah memberikan kesembuhan dan harta kepadamu?”
Orang itu menjawab: “Harta ini semuanya aku warisi dari orang tuaku dari kakekku.” Malaikat berkata: “Jika engkau berdusta, semoga Allah mengembalikanmu kepada keadaanmu yang dahulu.”
Kemudian malaikat itu mendatangi si botak (yang telah sembuh) dalam wujud dan penampilan yang sama seperti dahulu. Dia berkata kepadanya seperti apa yang dia katakan kepada si penderita kusta, dan si botak menolak dengan perkataan yang sama seperti apa yang dikatakan oleh si penderita kusta. Malaikat berkata: “Jika engkau berdusta, semoga Allah mengembalikanmu kepada keadaanmu yang dahulu.”
Setelah itu, malaikat itu mendatangi si buta (yang telah sembuh) dalam wujud dan penampilan yang sama seperti dahulu.
Dia berkata: “Aku ini adalah orang miskin dan perbekalanku telah habis dalam perjalanan. Tidak ada yang dapat membantuku untuk melanjutkan perjalananku pada hari ini kecuali dengan pertolongan Allah setelah itu dengan pertolonganmu. Aku meminta kepadamu -demi Yang telah mengembalikan kepadamu penglihatanmu- seekor kambing agar aku dapat melanjutkan kembali perjalananku.”
Lelaki itu menjawab: “Dahulu aku adalah seorang yang buta, lalu Allah mengembalikan penglihatanku kepadaku. Dahulu aku adalah seorang yang miskin, lalu Allah memberikan kekayaan kepadaku. Maka silakan ambil apa yang engkau inginkan. Demi Allah, hari ini aku tidak akan membebani dirimu dengan apapun yang engkau ambil karena Allah”
Malaikat tadi menjawab: “Simpanlah hartamu ini. Sebenarnya kalian itu sedang diuji oleh Allah. Allah telah ridha terhadapmu dan marah terhadap dua temanmu yang lain.”