Sajak Untuk Para Tabligh

   LANTUNAN SAJAK UNTUK TABLIGH
Tabligh datang kita lari, tak sempat lari kita sembunyi, tak sempat sembunyi pura-pura tidur mati, apa salah si tabligh ini?...
Pintu diketuk disusuli dengan salam,
Yang di dalam tadi riuh tiba-tiba suram,
Allah tarbiah kami untuk sangka baik sesama Islam,
Mungkin mereka tak dengar dari dalam,
maklumlah hari sudah nak malam.
Dahulu nabi menyeru seisi alam,
Seru mereka kepada Islam,
 
Tapi Abu Jahal dan Abu Lahab pura-pura tak paham,
Kononnya pertahankan adab resam,
Walhal Al-Quran turun dengan maksud mendalam,
mengalahkan segala syair pendeta seluruh alam.
Bukan niat kami untuk mengajar,
niat cuma untuk belajar-belajar,
Belajar bincang perkara yang benar,
Sebab faham hidup ini cuma sebentar,
kelak kita bertemu yang Maha Besar,
Marilah kita bicara iman sebentar,
bercakap-cakap tentang kubur,sirat dan masyar,
mudah-mudahan iman yakin bertambah benar.
Pintu diketuk sebanyak 3 kali,
Sambil tunduk pandang salam diberi,
Keluar pula seorang lelaki,
rupanya rumah tuan haji,
Dengan wajah berseri-seri,
Manis senyuman tidak terperi,
Lega segala hati kami,
dipelawa masuk tetapi tak cukup time diberi,
cukuplah kami sekadar di sini,
menghidupkan amalan sunnah nabi.
Tapi sayang ada yang tak faham-faham lagi,
Bukan cukup dicaci bahkan dimaki,
Tak tahu mana dia kesalahan kami,
Rupanya inilah karena kerja nabi,
Iman ditarbiah cara begini,
Sabar diuji berkali-kali.
Azan dilaungkan 5 kali sehari,
Syaitan mendengar terus bersembunyi,
Dalam jamban memang pilihan sensasi,
Dakwah kepada solat pun syaitan lari,
Dakwah kepada Iman lagilah syaitan benci,
Yang aneh anak punk pun lari,
Baru nampak jamaah berjalan kaki,
Belum sempat salam diberi,
Habis sumua beradu lari,
Meluncur laju macam Velentino Rossi,
Benci benarkah mahu dengar tentang Allah?
Benci sangatkah mahu dengar kebesaran Allah?
Malukah diri kita mahu dengar kehebatan Allah?
Siapakah yang beri kita rezeki tiap-tiap hari bukankah Allah?
Siapakah yang perlihara kita sejak dalam rahim bukankah Allah?
Siapakah yang mencipta kita bukankah Allah?
Susah sangatkah mulut mahu cakap yang beri kita makan itu Allah.
Hari ini kita mesti faham kerja dakwah kerja kita,
Bukan sekedar kerja ustaz,alim dan ulama,
Tak kira kita petani, peladang, kerani, dokter mahupun tuan tanah yang mulia.
Kerja dakwah kerja utama kita,
Kerja dunia hanyalah kerja sampingan saja,
Ingatlah teman ingatlah handai taulan,
Dunia ini tempat sementara,
Dalam kita bersenda,
Dalam kita bersukaria,
Kerja nabi mesti jalan juga,
Tak kira sesibuk mana,
Tak kira kita di mana,
Kitalah pewaris tugas anbia bersama.
Hari ini,nama jemaah sudah diberi,
Bukan Maulana Ilyas yang kasi,
Penduduk Nusantara gelarkan tabligh,
Dan bila jamaah melangkah kaki,
kanak-kanak kata lari,
Tabligh datang kita sembunyi,
Di Nusantara mungkin janggal lagi,
Di zaman nabi ziarah dibuat tiap-tiap hari,
Bukan hanya saat idul fitri.
Ayuh bangkit semua pemuda,
Termasuklah yang tua bangka,
Tak kira kita siapa,
Terpaksa atau suka rela,
Tidak kira dimaki dan dicerca,
Tidak kira kita mulia mahupun hina,
Ayuh hidupkan Dakwah bawaan Baginda,
Ini syair perkongsian bersama,
Kalau minat copypaste aku pun rela,
Ingatlah kejayaan kita dalam agama.
Dakwah hanya cara baginda s.a.w yang paling Allah terima?
Mau masuk gerbong dakwah atau cuek saja?
Sedang kereta ini hendak berangkat dari stasiun dunia,
Selesai kereta berjalan...setelah itu tak ada kereta kedua.
Ikutlah kereta, walau kadang terseret..tertatih...bahkan berdarah,
Karena Sang Pengutus sudah memberi arah,
Dan Sang Masinis jalankan perintah.
Angkat tangan tanda siap diri,
Luangkan harta, masa dan diri.
Belajar bertabligh 3, 40, dan 120 hari,
Perbaiki iman yakin dan sunah yang suci,
Sebelum Izrail as datang permisi...
Niat amal dan sampaikan, insya Allah

Subscribe to receive free email updates: