Alkisah di sebuah kerajaan adalah seorang raja yang ingin memastikan kejujuran rakyatnya. Maka seorang menteri mengusulkan agar raja membangun sebuah tangki penampungan yang besar di atas gunung. Kemudian memerintahkan seluruh rakyat agar setiap seorang mendatangi penampungan itu dan menuangkan segelas madu ke dalamnya.
Maka seluruh rakyat pun bergegas mendaki gunung untuk menjalankan perintah raja. Tetapi ada seorang rakyat yang berfikir nyeleneh. Dia berkata dalam hati, "Ah kalau saya tuangkan air pasti raja tidak akan tahu. Apalah artinya segelas air di dalam setangki besar madu. ?" Maka dia pun menuangkan segelas air, bukan madu.
Setelah beberapa hari tangki penampungan itu pun penuh. Sang raja dan beberapa menteri naik ke gunung untuk melihat isi tangki. Ternyata...seluruh isi tangki itu isinya cuma air. Tidak ada setetes pun madu. Masya Allah.
Inilah mentalitas kejujuran bangsa kita. Saat liburan sudah selesai maka kita pun banyak yang berfikir...ah..saya mau terlambat aja ah. Toh tanpa saya seorang kantor saya, sekolah saya, pabrik saya, pesantren saya tidak akan rugi. Namun ternyata yang berpikiran seperti itu bukan hanya dirinya sendiri.
Akibatnya sekolah, kantor, pesantren berjalan dengan pincang. ..akibat pemikiran yang buruk ini. Mari tentukan kualitas siapa diri anda di hadapan Allah dan di depan manusia yang diberi amanah untuk menjadi pimpinan anda. Apapun alasan-alasan yang anda kemukakan (selain yang benar benar darurat) hanyalah sebuah hiasan tambahan kebohongan terhadap status peribadi anda di hadapan Allah.
Beristighfarlah sebanyak banyaknya sebab kesalahan ini adalah sebuah penyakit kemunafikan yang parah dalam jiwa anda. Bukankah salah satu tanda munafik itu adakah ...jika berjanji tidak menepati..???